Seorang lelaki tua sedang asyik mengait jala...
Dia begitu setia pada jalanya...
Walaupun kini jari-jarinya kian kasar dek kerana benang jala yg tajam itu...
Namun,dia tidak peduli...
Baginya jala itu segalanya...
Tapi bagaimana jala yg tidak bernyawa itu bermakna baginya???
Bagaimana?
Aku tahu jawapannya...
Kerana...
Jala itu ibarat penyelamat nyawanya...
Jala itu penyambung hidupnya dan anak-anak tersayang...
Jala itu telah berkhidmat dengan luhur sekali...
Walaupun hasil dari jala itu tidak seberapa...
Namun,
Berkat kesungguhan lelaki tua dan jala usang itu,
telah menghantar permata hatinya ke puncak kejayaan...
Mengapa?
Adakah jala itu sakti?
Tidak!
Ini bukan kisah dongeng dahulu kala,
Ini realiti kehidupan...
Jala dan lelaki tua itu tiada sakti...
Yang ada hanya pengorbanan hakiki...
Dulu dia terhibur semasa mengait jalanya...
Suara anak-anak setia menemani...
Suara tanya,seru dan marah mereka sentiasa bergema...
'Abah,adik lapar!'
'Abah,kakak nak pensel baru...'
'Abah,adik kacau abang!...'
Abah...abah...abah...
Itu dulu,semasa anak-anak hampir dengannya...
Tapi sekarang...segalanya sudah tiada...
Kenangan berbisa itu tersimpan rapi di benaknya kini...
Lelaki tua itu kembali mengait jalanya...
Tapi kali ini dia bukan mengaiat untuk menampung hidupnya...
Sebaliknya dia mengait jala untuk menghabiskan masa tuanya...
Usia tuanya itu semakin tua dek pengalaman lalu...
Dia mengait jalanya dengan harapan...
Harapan agar anak-anak tersayang bersamanya pada ketika ini...
Di saat dia menghitung usia yang semakin redup,
kudrat yang semakin longlai,
dan nafas yang semakin lemah...
Inilah realiti kehidupan...
Pengorbanan yang telah dikorbankan...
Pengorbanan seorang insan...
Lelaki tua dengan jalanya...
tukang coret
itank
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar